23.24

Tendensi dalam Komunisme

Diposting oleh Johan Tampubolon

ehm, isinya tidak seberat judulnya, koq - -"

Ditemani : Segelas Bolesa dan air putih dalam gelas. - -“

Berulang kali, gagasan ini bolak-balik dipikiran saya. Mungkin karena belum juga dilahirkan. Atau mungkin karena memang wacana-wacana seperti ini yang saya gemari. 
Beberapa hari yang lalu saya membicarakannya sedikit dengan guru sejarah saya. Baru-baru saja, saya membicarakannya dengan mama. 
Sungguh,
Perihal-perihal terminologi seperti ini selalu membangkitkan kuriosita saya. Terutama jika sudah menyangkut subjektifitas dan membentukan citra dalam masyarakat.
Terserah jika dibilang saya pro komunisme. Toh, saya selalu mencintai segala bentuk paham, koq. Karena setiap paham adalah buah karya pemikiran manusia. Yang tentu mempunyai sebab.
Awal kekesalan saya pada citra komunisme yang beredar adalah di salah satu pelajaran, saat komunis disinggung sebagai satu paham yang negatif. Baiklah, konsep negatif-positif sendiri saja, saya masih bias, koq. Jadi, perihal ini, saya tidak banyak protes.
Sebenarnya, ini juga bukan protes, hanya sedikit berbagi pendapat. Bukan persuasi, apalagi kampanye parpol :p
Bagi saya, satu paham adalah reaksi pemikir dari keadaan lingkungannya. Komunis hadir atas kejenuhan seseorang pada pemerintahan diktator. Tanpa peduli salah atau benar, saya selalu mengkaitkan komunisme dengan kata komune: kelompok orang yang hidup bersama (KBBI). Atau singkat kata, kebersamaan. Orang-orang yang benci kompetisi. Yang menyukai sekuritas dan hidup stabil. Mungkin, ”Makan ga makan, asal ngumpul” termasuk slogan ala komunisme. Yang menjunjung kebersamaan diatas kompetisi. Yang lebih betah sama-sama melarat daripada panik memikirkan cara-cara untuk mengungguli yang lain. 
Dan hari ini, saya mendapat jawaban atas pertanyaan, ”Kenapa komunisme dianggap tak ber-Tuhan?”. Mencari jawaban ini, berarti mengkaitkan masalahnya ke kondisi masa ia hadir. Esensi komunisme termasuk kebersamaan. Dan dalam kebersamaan itu, akan miris sekali apabila hanya ”bersama-sama” saudara seiman saja. Karena itu, atas nama kenetralan, komunisme membuka dirinya terhadap semua agama. Plural dan tidak berpihak. Ketidakberpihakan ini juga yang dipandang sinis orang (yang mengaku) beragama. Dan sifat yang tidak terikat tendensi agama ini yang diterjemahkan sebagai tidak ber- Tuhan.

2 komentar:

BoewatChat mengatakan...

Hmm, komunisme yg masuk ke Indonesia menjunjung tinggi gagasan-nya Karl Marx, salah satunya "agama adlh candu masyarakat".. So, it is true yg diajarkan pak guru sejarah itu, kalo komunis tidak br-Tuhan :) Jadi bukan sekedar ketidakberpihakan utk maintain netralitas..
Eniwei, tapi tentu saja pengertian Marx ttg "candu" sering disalahartikan orang, terutama relijius muslim... :) dan ketika yg majority yg militan dilawan scr frontal, you can predict the aftermath :)

Johan Tampubolon mengatakan...

kelewat naif ya.. :D I'll try to fact-check before posting next time.